(sumber gambar:
https://www.bioskoptoday.com/film/chrisye/)
Baiklah, harus
aku sampaikan – mungkin cukup persuatif meski bukan marketer produk – bahwa jika kalian sudah nonton film satu ini,
maka setelah itu kalian akan membuka aplikasi musik ataupun situs musik online yang bisa memutar lagu-lagu Sang Legend yang punya ciri khas gimik panggung
yang kaku. Kemudian kita tersadar bahwa lagu-lagu beliau masih sangat asik
didengar hingga sekarang. Yap, Chrisye! Satu lagu favoritku yang Chrisye
bawakan bersama Ungu yang berjudul “Cinta Yang Lain” seolah membawa diriku
kembali ke memori masa masih ingusan tentang cinta.
Selain itu, film
mengharu-biru ini bisa membuat trenyuh dan menyentuh hati, bagaimana perjuangan
seorang laki-laki dari nol yang dengan setia didampingi oleh Sang Istri yang
hebat. Aku bisa melihat bagaimana istri Chrisye punya andil atas kesuksesan
suaminya.
Film ini bagus
untuk pasangan suami-istri, sebagai pacuan untuk bisa menjadi pasangan yang
saling mengisi, pengertian, perhatian dan setia. Yanti adalah seorang wanita
yang ceria dan optimis. Sedangkan Chrisye – aku jadi bisa tahu banyak dari film
ini – adalah seorang pria yang melankolis, mudah gugup, agak pesimis atau
kurang percaya diri, agak pemalu dan BERJIWA SENIMAN SEJATI MENDARAH DAGING
(maaf, aku bahkan harus ketik dengan capslock
untuk menggarisbawahi bahwa dia layak menjadi legend). Betapa tidak, dia menyanyikan lagu-lagu bukan hanya
sekedar menyanyi, namun sungguh-sungguh mendalami makna dari lagu yang dia
nyanyikan. Hmm, wajar saja ya, lagu-lagu beliau sebagian besar selalu buming
alias populer di masyarakat, sebab dia menyanyi dari hati. Aktor Vino G. Bastian
terpilih untuk memerankan tokoh Chrisye, sedangkan Velove Vexia berperan
sebagai Yanti. Aku acungkan jempol untuk acting
Vino!
Dari film ini,
mata kita juga bisa terbuka bahwa seorang yang ‘besar’ tidak serta-merta jebret langsung bisa sukses dan tidak
ada kendala. Bahkan Chrisye nyaris menghadapi kegagalan momen besar dalam
hidupnya. Beliau juga pernah diremehkan, pernah putus asa, pernah kehilangan
kedamaian hati.
Film Chrisye
menyuguhkan kisah seorang penyanyi terkenal yang manusiawi alami, hmm... sebut saja
‘penyanyi juga manusia’, karena menjelang hari konser tunggalnya – pada bulan
Agustus tahun 1994 – suara dia hilang. Chrisye gugup, stress tanpa dia sadari. Hendra
Priyadi sebagai promotor konser serta tim penggagas konser, Jay Subiyakto dan
Erwin Gutawa, merasa bagai kulit teriris pisau tapi tidak berdarah, galau tapi
tidak bisa marah atau memaksa suara Chrisye bisa kembali membaik. Mereka hanya
bisa memberi wejangan pada Chrisye agar bisa rileks dan tidak berpengaruh
kepada fisiknya. Walaupun sempat menemui kendala soal budget juga, syukur alhamdulillah, pada hari-H konser, suara
Chrisye bisa keluar tanpa diketahui ribuan penonton hampir saja terjadi
kejadian fatal. Suara hilang adalah bencana bagi seorang penyanyi.
Chrisye –
bernama asli Chrismansyah Rahadi – anak keturunan Tionghoa-Indonesia ini sudah terjun di dunia musik sejak muda, dia
pernah menjadi personil band, band Gypsy, sebagai vokal dan bass. Band Gypsy
pernah mendapat kesempatan diundang menjadi band pengisi di restoran di
Amerika. Ayah Chrisye sempat menentang keras, sebab jika Chrisye tetap
berangkat ke Amerika, maka pendidikannya akan terbengkalai. Chrisye mau tak mau
patuh pada orangtuanya, namun dia stress hingga jatuh sakit. Akhirnya, Sang
Ayah berubah pikiran, setelah mendapat ilham lewat mimpi, beliau mengizinkan
Chrisye ke Amerika.
Perjalanan karir
musik Sang Legend di Amerika tidak
bertahan terlalu lama, setelah adik Chrisye meninggal dunia karena sakit, ada
gejolak batin dalam dirinya, dia bahkan tidak bisa hadir saat keluarganya
berduka. Kemudian, Chrisye memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan meneruskan
perjalanan karir musiknya di tanah air.
Suara Chrisye
yang khas dan unik, membuat pimpinan radio Prambors kala itu tertarik pada
Chrisye untuk menyanyikan solo lagu “Lilin-Lilin Kecil” di lomba cipta lagu
remaja. Chrisye pada mulanya tidak percaya diri, namun akhirnya dia menerima
tawaran tersebut.
Sosok Chrisye
sebagai penyanyi solo mulai menampakkan sinar. Lagu “Lilin-Lilin Kecil” disukai
pecinta musik Indonesia dan membuat namanya dilirik produsen musik. Pada tahun
1978, Chrisye pun direkrut oleh suatu label rekaman terkemuka di ibukota, PT
Musica Studio.
Di tengah-tengah
karir Chrisye sebagai penyanyi yang pasang surut, dia juga memiliki kisah
asmara yang manis. Mulanya, Yanti mengira Chrisye adalah anak rumahan yang
pendiam, namun ternyata dia jago main musik. Diam-diam Yanti kagum padanya.
Jodoh pasti
bertemu ke manapun langkah kita melangkah. Mulai dari pertemuan Chrisye dan
Yanti tanpa sengaja di pesta teman yang berlalu seperti angin, hingga bertemu
lagi di sanggar Guruh Soekarnoputra. Yanti bekerja sebagai karyawan di sanggar
tersebut. Chrisye menjalin hubungan baik dengan Guruh Sokarnoputra, tanpa
disangka bertemu calon istrinya di sanggar itu.
Film Chrisye
juga memberikan unsur religi, bagaimana seorang manusia yang mendapat hidayah
dan memeluk Islam. Akhirnya Chrisye dan Yanti menikah secara muslim. Bahkan
sebelumnya, Chrisye juga diharuskan khitan alias sunat oleh keluarga Yanti. Di
sini juga dimunculkan peran Ustad Surya sebagai guru spiritual Chrisye, yang
tidak lain adalah sepupu Yanti.
Yanti menikah
dengan Chrisye, saat karir Chrisye masih belum terlalu gemilang. Bahkan dia
sempat turun kepercayadirian, sebab rumah tempat tinggal mereka masih menumpang.
Meski begitu, Sang Istri tidak mengeluh dan tetap men-support Chrisye agar tidak perlu terlalu khawatir perihal keuangan
mereka.
Lagu “Aku Cinta
Dia” yang bernuansa musik ceria dan perlu menggoyangkan badan, membuat Chrisye
tidak percaya diri. Dia merasa tidak nyaman harus beraksi dengan tarian-tarian.
Namun, justru lagu itu yang membuat karirnya meroket. Upaya dan doa pasti
selalu membuahkan hasil. Finansial dan karir Chrisye berangsur membaik.
Chrisye
benar-benar sosok insan yang unik. Tidak narsis, justru pemalu. Bahkan dia tidak
nyaman jika mendengar suara nyanyiannya sendiri di radio dan tidak berani atau
malu-malu kucing jika melihat tayangan penampilan bernyanyinya di TV.
Hmm... film yang
bisa menyajikan pahit dan manisnya kehidupan. Karena berdasarkan kehidupan
nyata, jadi berkesan natural dan manusiawi. Filosofi tentang roda kehidupan
yang terus berputar, kadang kita di bawah, kadang kita di atas, itu benar
adanya.
Best scene dan paling
mengharukan di film ini adalah scene penggarapan
lagu “Ketika Tangan dan Kaki Berkata”. Aku meneteskan airmata. Lagu ini
tercipta dari perpaduan karya Chrisye sendiri dan Taufik Ismail. Chrisye
menciptakan nada-nada lagunya, kemudian dia meminta bantuan kepada Taufik
Ismail, seorang penyair dan sastrawan terkemuka di Indonesia, untuk membuatkan
lirik lagunya.
Tidak banyak yang
kita ketahui tentang sejarah penciptaan lagu ini. Taufik Ismail pada mulanya
kesulitan untuk membuat lirik lagu ini. Bahkan beliau baru mendapatkan
inspirasi lirik dan menuangkannya ke dalam tulisan pada hari terakhir deadline.
Baru pertama
kali sepanjang karir Chrisye bermusik baru kali ini dia sangat kesulitan
menyanyikan lagu. Suara dia tidak sanggup keluar, hanya airmata yang tumpah.
Berkali-kali Chrisye mencoba menyanyikan lirik lagu itu untuk rekaman lagu,
namun gagal. Sesak hatinya.... Lirik lagu tersebut sangat dalam, hingga beliau
kesulitan untuk menyanyikannya. Dari sini kita akan mengetahui bahwa Chrisye
adalah seorang penyanyi yang sangat menjiwai sebuah lagu.
Chrisye merasa
tidak sanggup menyanyikan lagu “Ketika Tangan dan Kaki Berkata”. Kemudian,
Yanti ditelpon untuk datang ke studio rekaman untuk memberi dukungan pada
Chrisye. Kehadiran Yanti memberikan suntikan semangat dan energi tersendiri
pada Chrisye. Sang Istri bahkan sholat di tempat tersebut untuk mendoakan
keberhasilan Chrisye menyanyikan lagu yang mengandung reliji kuat itu. Chrisye
juga berwudhu terlebih dahulu sebelum menyanyikan rekaman lagu itu.
Taufik Ismail
yang menciptakan lirik lagu itu akhirnya mengungkapkan bahwa lagu “Ketika
Tangan dan Kaki Berkata” terinspirasi setelah mengaji Al-Qur’an Surat Yaasiin. Lirik
tersebut terilhami dari terjemahan Surat Yaasiin ayat ke-65 yaitu tentang
pengadilan Hari Akhir.
Taufik Ismail
hampir menyerah saat membuat lirik lagu tersebut karena melodinya sangat indah,
namun kemudian beliau mendapat inspirasi setelah mengaji Al-Qur’An Surat
Yaasiin.
Berikut
sepenggal lirik lagu “Ketika Tangan dan
Kaki Berkata”:
Akan datang hari
Mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa
Tak ada suara
Dari mulut kita
Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita
Bila harinya
Tanggung jawab, tiba...
Film ini cocok ditonton bersama pasangan, keluarga atau bersama teman-teman. Film yang rilis 7 Desember 2017 dan diproduksi oleh MNC Pictures & Vito Global Visi ini disutradarai oleh sutradara kondang, Rizal Mantovani. Wajar ya, filmnya keren! Romantis, lucu, mengharukan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar