Minggu, 21 Oktober 2018

[REVIEW FILM] Chrisye: Di balik Sang Legenda musik



(sumber gambar: https://www.bioskoptoday.com/film/chrisye/)

Baiklah, harus aku sampaikan – mungkin cukup persuatif meski bukan marketer produk – bahwa jika kalian sudah nonton film satu ini, maka setelah itu kalian akan membuka aplikasi musik ataupun situs musik online yang bisa memutar lagu-lagu Sang Legend yang punya ciri khas gimik panggung yang kaku. Kemudian kita tersadar bahwa lagu-lagu beliau masih sangat asik didengar hingga sekarang. Yap, Chrisye! Satu lagu favoritku yang Chrisye bawakan bersama Ungu yang berjudul “Cinta Yang Lain” seolah membawa diriku kembali ke memori masa masih ingusan tentang cinta.
Selain itu, film mengharu-biru ini bisa membuat trenyuh dan menyentuh hati, bagaimana perjuangan seorang laki-laki dari nol yang dengan setia didampingi oleh Sang Istri yang hebat. Aku bisa melihat bagaimana istri Chrisye punya andil atas kesuksesan suaminya.
Film ini bagus untuk pasangan suami-istri, sebagai pacuan untuk bisa menjadi pasangan yang saling mengisi, pengertian, perhatian dan setia. Yanti adalah seorang wanita yang ceria dan optimis. Sedangkan Chrisye – aku jadi bisa tahu banyak dari film ini – adalah seorang pria yang melankolis, mudah gugup, agak pesimis atau kurang percaya diri, agak pemalu dan BERJIWA SENIMAN SEJATI MENDARAH DAGING (maaf, aku bahkan harus ketik dengan capslock untuk menggarisbawahi bahwa dia layak menjadi legend). Betapa tidak, dia menyanyikan lagu-lagu bukan hanya sekedar menyanyi, namun sungguh-sungguh mendalami makna dari lagu yang dia nyanyikan. Hmm, wajar saja ya, lagu-lagu beliau sebagian besar selalu buming alias populer di masyarakat, sebab dia menyanyi dari hati. Aktor Vino G. Bastian terpilih untuk memerankan tokoh Chrisye, sedangkan Velove Vexia berperan sebagai Yanti. Aku acungkan jempol untuk acting Vino!
Dari film ini, mata kita juga bisa terbuka bahwa seorang yang ‘besar’ tidak serta-merta jebret langsung bisa sukses dan tidak ada kendala. Bahkan Chrisye nyaris menghadapi kegagalan momen besar dalam hidupnya. Beliau juga pernah diremehkan, pernah putus asa, pernah kehilangan kedamaian hati.
Film Chrisye menyuguhkan kisah seorang penyanyi terkenal yang manusiawi alami, hmm... sebut saja ‘penyanyi juga manusia’, karena menjelang hari konser tunggalnya – pada bulan Agustus tahun 1994 – suara dia hilang. Chrisye gugup, stress tanpa dia sadari. Hendra Priyadi sebagai promotor konser serta tim penggagas konser, Jay Subiyakto dan Erwin Gutawa, merasa bagai kulit teriris pisau tapi tidak berdarah, galau tapi tidak bisa marah atau memaksa suara Chrisye bisa kembali membaik. Mereka hanya bisa memberi wejangan pada Chrisye agar bisa rileks dan tidak berpengaruh kepada fisiknya. Walaupun sempat menemui kendala soal budget juga, syukur alhamdulillah, pada hari-H konser, suara Chrisye bisa keluar tanpa diketahui ribuan penonton hampir saja terjadi kejadian fatal. Suara hilang adalah bencana bagi seorang penyanyi.
Chrisye – bernama asli Chrismansyah Rahadi – anak keturunan Tionghoa-Indonesia ini  sudah terjun di dunia musik sejak muda, dia pernah menjadi personil band, band Gypsy, sebagai vokal dan bass. Band Gypsy pernah mendapat kesempatan diundang menjadi band pengisi di restoran di Amerika. Ayah Chrisye sempat menentang keras, sebab jika Chrisye tetap berangkat ke Amerika, maka pendidikannya akan terbengkalai. Chrisye mau tak mau patuh pada orangtuanya, namun dia stress hingga jatuh sakit. Akhirnya, Sang Ayah berubah pikiran, setelah mendapat ilham lewat mimpi, beliau mengizinkan Chrisye ke Amerika.
Perjalanan karir musik Sang Legend di Amerika tidak bertahan terlalu lama, setelah adik Chrisye meninggal dunia karena sakit, ada gejolak batin dalam dirinya, dia bahkan tidak bisa hadir saat keluarganya berduka. Kemudian, Chrisye memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan meneruskan perjalanan karir musiknya di tanah air.
Suara Chrisye yang khas dan unik, membuat pimpinan radio Prambors kala itu tertarik pada Chrisye untuk menyanyikan solo lagu “Lilin-Lilin Kecil” di lomba cipta lagu remaja. Chrisye pada mulanya tidak percaya diri, namun akhirnya dia menerima tawaran tersebut.
Sosok Chrisye sebagai penyanyi solo mulai menampakkan sinar. Lagu “Lilin-Lilin Kecil” disukai pecinta musik Indonesia dan membuat namanya dilirik produsen musik. Pada tahun 1978, Chrisye pun direkrut oleh suatu label rekaman terkemuka di ibukota, PT Musica Studio.
Di tengah-tengah karir Chrisye sebagai penyanyi yang pasang surut, dia juga memiliki kisah asmara yang manis. Mulanya, Yanti mengira Chrisye adalah anak rumahan yang pendiam, namun ternyata dia jago main musik. Diam-diam Yanti kagum padanya.
Jodoh pasti bertemu ke manapun langkah kita melangkah. Mulai dari pertemuan Chrisye dan Yanti tanpa sengaja di pesta teman yang berlalu seperti angin, hingga bertemu lagi di sanggar Guruh Soekarnoputra. Yanti bekerja sebagai karyawan di sanggar tersebut. Chrisye menjalin hubungan baik dengan Guruh Sokarnoputra, tanpa disangka bertemu calon istrinya di sanggar itu.
Film Chrisye juga memberikan unsur religi, bagaimana seorang manusia yang mendapat hidayah dan memeluk Islam. Akhirnya Chrisye dan Yanti menikah secara muslim. Bahkan sebelumnya, Chrisye juga diharuskan khitan alias sunat oleh keluarga Yanti. Di sini juga dimunculkan peran Ustad Surya sebagai guru spiritual Chrisye, yang tidak lain adalah sepupu Yanti.
Yanti menikah dengan Chrisye, saat karir Chrisye masih belum terlalu gemilang. Bahkan dia sempat turun kepercayadirian, sebab rumah tempat tinggal mereka masih menumpang. Meski begitu, Sang Istri tidak mengeluh dan tetap men-support Chrisye agar tidak perlu terlalu khawatir perihal keuangan mereka.
Lagu “Aku Cinta Dia” yang bernuansa musik ceria dan perlu menggoyangkan badan, membuat Chrisye tidak percaya diri. Dia merasa tidak nyaman harus beraksi dengan tarian-tarian. Namun, justru lagu itu yang membuat karirnya meroket. Upaya dan doa pasti selalu membuahkan hasil. Finansial dan karir Chrisye berangsur membaik.
Chrisye benar-benar sosok insan yang unik. Tidak narsis, justru pemalu. Bahkan dia tidak nyaman jika mendengar suara nyanyiannya sendiri di radio dan tidak berani atau malu-malu kucing jika melihat tayangan penampilan bernyanyinya di TV.
Hmm... film yang bisa menyajikan pahit dan manisnya kehidupan. Karena berdasarkan kehidupan nyata, jadi berkesan natural dan manusiawi. Filosofi tentang roda kehidupan yang terus berputar, kadang kita di bawah, kadang kita di atas, itu benar adanya.
Best scene dan paling mengharukan di film ini adalah scene penggarapan lagu “Ketika Tangan dan Kaki Berkata”. Aku meneteskan airmata. Lagu ini tercipta dari perpaduan karya Chrisye sendiri dan Taufik Ismail. Chrisye menciptakan nada-nada lagunya, kemudian dia meminta bantuan kepada Taufik Ismail, seorang penyair dan sastrawan terkemuka di Indonesia, untuk membuatkan lirik lagunya.
Tidak banyak yang kita ketahui tentang sejarah penciptaan lagu ini. Taufik Ismail pada mulanya kesulitan untuk membuat lirik lagu ini. Bahkan beliau baru mendapatkan inspirasi lirik dan menuangkannya ke dalam tulisan pada hari terakhir deadline.
Baru pertama kali sepanjang karir Chrisye bermusik baru kali ini dia sangat kesulitan menyanyikan lagu. Suara dia tidak sanggup keluar, hanya airmata yang tumpah. Berkali-kali Chrisye mencoba menyanyikan lirik lagu itu untuk rekaman lagu, namun gagal. Sesak hatinya.... Lirik lagu tersebut sangat dalam, hingga beliau kesulitan untuk menyanyikannya. Dari sini kita akan mengetahui bahwa Chrisye adalah seorang penyanyi yang sangat menjiwai sebuah lagu.
Chrisye merasa tidak sanggup menyanyikan lagu “Ketika Tangan dan Kaki Berkata”. Kemudian, Yanti ditelpon untuk datang ke studio rekaman untuk memberi dukungan pada Chrisye. Kehadiran Yanti memberikan suntikan semangat dan energi tersendiri pada Chrisye. Sang Istri bahkan sholat di tempat tersebut untuk mendoakan keberhasilan Chrisye menyanyikan lagu yang mengandung reliji kuat itu. Chrisye juga berwudhu terlebih dahulu sebelum menyanyikan rekaman lagu itu.
Taufik Ismail yang menciptakan lirik lagu itu akhirnya mengungkapkan bahwa lagu “Ketika Tangan dan Kaki Berkata” terinspirasi setelah mengaji Al-Qur’an Surat Yaasiin. Lirik tersebut terilhami dari terjemahan Surat Yaasiin ayat ke-65 yaitu tentang pengadilan Hari Akhir.
Taufik Ismail hampir menyerah saat membuat lirik lagu tersebut karena melodinya sangat indah, namun kemudian beliau mendapat inspirasi setelah mengaji Al-Qur’An Surat Yaasiin.
Berikut sepenggal lirik lagu  “Ketika Tangan dan Kaki Berkata”:
Akan datang hari
Mulut dikunci
Kata tak ada lagi

Akan tiba masa
Tak ada suara
Dari mulut kita

Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita
Bila harinya
Tanggung jawab, tiba...
           
         Film ini cocok ditonton bersama pasangan, keluarga atau bersama teman-teman. Film yang rilis 7 Desember 2017 dan diproduksi oleh MNC Pictures & Vito Global Visi ini disutradarai oleh sutradara kondang, Rizal Mantovani. Wajar ya, filmnya keren! Romantis, lucu, mengharukan....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar