(sumber gambar: https://en.wikipedia.org/wiki/May_Who%3F)
Dari sekian film
yang sudah aku tonton, film May Who
adalah salah satu film yang bikin aku mau nonton lebih dari dua kali. Lucu
kebangetan. Sebenarnya mengkisahkan cerita yang sudah familiar dalam kehidupan
kita, namun di-package dengan unik
dan unpredictable. Film
berlatangbelakang kehidupan remaja ini – meski diriku udah ngga remaja lagi –
dapat membuat penonton senyam-senyum ngga karuan, cekikikan dan bisa tiba-tiba
merasakan kembali perasaan kasmaran pada masa lalu. Aku mengacungkan tangan,
jujur aja, aku bisa merasakan bagaimana dulu baper atau kasmaran cinta-cinta
monyet yang payah dan menggelikan. Mungkin kalian juga.
Prolog-prolog yang
disuguhkan dalam film ini pun sangat ‘easyable’
teks, aku punya julukan sendiri, yap,
easyable, karena bergaya bahasa
ringan dan mencerminkan apa yang di dalam hati atau pikiran kita. Sehingga easy untuk dicerna, easy untuk dimengerti, easy
membuat kita tersenyum, easy membuat
kita kembali merasa jatuh cinta padahal kita ngga sedang jatuh cinta.
Film May Who memiliki sudut pandang orang
pertama, yaitu Pong, sebagai tokoh pria utama. Tapi sebenarnya, May Who – atau
‘May Nai’ dalam bahasa Thailand – adalah nama seorang siswi pendiam, pemalu,
polos dan ternyata memiliki kekuatan ajaib bisa menghantarkan listrik saat
jantungnya berdegup kencang. Nah, Pong dan May bersekolah di satu sekolah yang
sama.
Kita mulai
ulasan filmnya. Siap-siap kesindir ya.
Pada awal scene, Pong menjelaskan berdasarkan
pengamatannya bahwa tempat dia bersekolah memiliki klasifikasi yang bisa
membedakan 6 katagori siswa.
Katagori paling
buncit, katagori ke-6 adalah katagori ordinary
student alias siswa biasa-biasa aja,
ngga populer, ngga menonjol, ngga punya ciri khas yang bersinar, mungkin bisa
dibilang, tipe siswa yang ‘bersekolah ya untuk bersekolah aja, ngga usah
mempersusah hidup’ seperti itu.
Katagori ke-5
adalah katagori siswa bandel, trouble
maker, pengganggu kedamaian dan ketentraman siswa, terutama hobi mengganggu
siswa katagori ke-6. Semoga para penghuni katagori ini segera taubat ya. Kalau
ngga, nanti cuma bisa jadi sampah masyarakat. Hargailah orangtua yang sudah
kerja keras cari uang untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Katagori ke-4,
katagori siswa rajin atau pengejar prestasi. Siswa-siswi cerdas ini selalu
menonjol di bidang akademik. Mereka memiliki karya-karya yang membanggakan. Saking
cerdasnya, kadang pembicaraan mereka hanya bisa dimengerti oleh golongan mereka
sendiri.
Katagori ke-3,
katagori atlet alias jagoan di bidang olahraga. Basket, sepakbola, renang,
bulutangkis dan sebagainya. Mereka memiliki kecerdasan kinestetik yang memukau,
selalu tampil keren saat pertandingan olahraga.
Katagori ke-2,
katagori gadis-gadis cantik. Mereka memiliki pesona kecantikan yang memanjakan
mata para siswa. Mereka populer dan punya banyak followers di medsos. Mereka juga aktif menjadi cheerleaders di sekolah.
Dan.... katagori
puncak, yang hanya diduduki oleh satu orang siswa, yang memiliki keunggulan
segalanya. Dia panutan di sekolah. Tampan rupawan, penuh pesona, keren, tinggi,
berkulit putih, berbadan atletis, ketua organisasi, jago olahraga, sangat
populer dan banyak fans. Dia memiliki
panggilan nama P-Fame. Siswa ini dapat membuat para siswi histeris bahkan
pingsan saat melihat pesonanya.
Pong ternyata
berada di katagori ke-6. Dia merasa dirinya biasa-biasa aja. Dia pemalu dan
sudah biasa tertindas oleh siswa-siswa bandel yang usil kepadanya. Padahal
menurutku dia lebih cute dan cukup
ganteng dibanding P-Fame! Pong juga memiliki bakat menggambar. Dia suka
menggambar komik. Kadang, Pong menggambar setelah mendapat inspirasi dari
kejadian-kejadian yang berkesan baginya. Termasuk menggambar orang disukai.
Ming.
Pong diam-diam
menyukai Ming. Instruktur grup sorak-sorak yang cantik. Meski Pong hanya bisa
menjadi secret admirer, namun dia
merasa bahagia hanya dengan melihat senyum Ming. Bagiku, ini ngga so sweet. Seorang laki-laki harus berani
mengutarakan perasaannya pada wanita yang disukainya. Ditolak itu urusan
belakang. Tapi jangan sekali-kali mempermainkan perasaan wanita ya.
Cinta segiempat
terjadi. Pong suka Ming. Ming suka P-Fame. Sementara itu, May sesungguhnya juga
jatuh hati pada P-Fame.
Lalu berkat
suatu momen, Pong dan May menjalin persahabatan. Meski pada awalnya, Pong dan
May sama-sama saling kesal satu sama lain. Mereka juga saling balas dendam.
Pong pernah kesal
dan membentak keras pada May, hingga membuat degup jantung May terpacu kencang
melewati batas normal. Gadis yang suka rambutnya dikuncir kuda ini selalu
mengenakan jam penunjuk detak jantung ke mana-mana. Jadi, jam tersebut bisa berfungsi
sebagai alat pengontrol. Pengontrol kapan dia harus segera lari atau belum.
Sebab saat denyut jantungnya semakin kencang mencapai dalam fase tertentu, dia
akan menghantarkan listrik.
May bisa nyetrum
pada saat dia kelelahan, marah ataupun bertemu dengan orang yang disukai.
Manusiawi ya, kita pasti merasa deg-degan saat bertemu orang yang disukai.
May memiliki
masa kecil yang kurang membahagiakan. Sebab kekuatan ajaib bisa menghantarkan
listrik itu membuatnya dikucilkan. Dia sudah terbiasa berpindah-pindah sekolah
karena alasan yang sama. Si gadis listrik ini bisa sewaktu-waktu
menakutkan/mengkhawatirkan orang-orang di sekelilingnya. Yap, bisa nyetrum!
Maka dari itu, dia lebih suka menyendiri daripada berdampak melukai orang lain.
Namun, Pong bisa
menerima keadaan May. Walau mereka sempat bermusuhan, kini mereka menjadi
pasangan sahabat. Dari sini, kira-kira bisa menerka belum, persahabatan mereka
bisa jadi cinta ngga? Mungkin belum.
P-Fame ternyata
mengagumi May yang lihai berlari. Dia bisa berlari kencang. P-Fame menawarkan
pada May untuk masuk klub atletik lari di sekolah. Tidak hanya itu, dia juga
mengajak gadis itu berkencan.
Aku sempat
mengira bahwa P-Fame hanya main-main, cowok ganteng dan populer biasanya
playboy. Ternyata tidak. Meski begitu, aku masih lebih tertarik pada karakter
Pong. Lucu, apa adanya, ngga neko-neko, tapi perhatian. Dia selalu hadir saat
May sedih. May merasa menjadi orang yang tak berguna dan kekuatan listriknya
itu bisa melukai orang-orang yang disayanginya.
Kelucuan-kelucuan
terjadi saat Pong mulai merasakan jatuh cinta pada May. Padahal di sisi lain,
dia menyukai Ming. Begitu juga dengan, May. Dia sudah lama memendam rasa pada
P-Fame, namun dia merasa lebih bahagia bersama Pong, Sang Sahabat.
Hmm...
sebenarnya, hati nurani kita bisa membedakan kok, antara kita jatuh cinta pada
seseorang karena mata atau karena hati. Biasanya, karena hati-lah pemenangnya!
Jika kita hanya melihat dari mata, kita akan mudah tertipu. Aku tiba-tiba
teringat quote dari film Karate-Kids. Film anak-anak yang sudah
puluhan kali ditayangkan di TV nasional. Dre mengira Mr.Han hanya sekedar
tukang ledeng air yang pemurung, ternyata Mr.Hang jago kungfu dan sudah
menyelamatkan Dre dari perkelahian.
Jadi, sebaiknya
kita jangan terlalu cepat jatuh hati karena pandangan mata. Kita juga perlu
menilai hati dengan hati. Yap, menilai hati dengan hati....
Begitu juga
dengan May dan Pong. Meski pada mulanya mereka naksir orang lain, namun hati
mereka sesungguhnya berkata lain.....
Silakan nonton May Who bareng sohib-sohib, bisa
menghilangkan suntuk. Perlu kalian tahu, May adalah artis Thailand yang cantik
banget, tapi di sini dia berperan sebagai siswi yang lugu, introvert dan
berpenampilan agak cupu. Meski begitu, diapa-apakan ngga bisa menutupi
cantiknya. Ditambah lagi ada peran Pong yang ganteng, polos dan lucu! Pasangan
sahabat yang senasib. Sama-sama pernah merasa payah namun mereka bisa menemukan
kepercayadirian dan cinta.
Ada satu yang
menggangguku adalah scene-scene cowok
tapi bergaya cewek, lemah gemulai, penakut dan ikut mengagumi P-Fame.
Data film:
Directed
& produced by : Chayanop
Boonprakob
Pemeran : Thiti Mahayotaruk
(Pong)
Suttata Udomslip (May Nai)
Thanapob Leeratanakajorn (P-Fame)
Tahun rilis :
2015
Durasi :
1 jam 57 menit
Asal film :
Thailand
(sumber:
Wikipedia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar