(sumber gambar:
https://www.cinenews.be/en/movies/ferdinand-the-bull/)
Orang baik akan
dipertemukan dengan orang baik....
Orang baik akan
membuat orang tidak baik menjadi baik...
Orang baik akan
mendapat balasan baik juga....
Ini ‘hukum alam’...
Ferdinand adalah sebuah
film keren yang berhasil menginterpretasikan itu. Aku kasih score 9.5/10 untuk film ini. Bagus
banget! Lucu, menghibur, seru dan menyentuh.
Film produksi
Blue Sky Studio dan 20th Century Fox yang rilis di tahun 2017 ini juga menggambarkan
tentang don’t judge something/somebody
from the cover only. Kita tidak boleh memandang dan menilai seorang dengan
sebelah mata. Kita harus saling menghargai satu sama lain.
Selain itu,
karakter Ferdinand yang menonjol sebagai
seekor banteng baik ini menyadarkan kita harus kuat menghadapi pahit dan
kerasnya hidup, karena Tuhan akan selalu bersama orang-orang yang sabar. Banteng
bertubuh besar dan perkasa ini selalu baik pada semua orang. Walau dia
disakiti, dihina, ditindas, tapi dia tidak bisa benci dan dendam pada orang
lain. Dia juga suka menolong. Namun Ferdinand
Si Banteng lugu dan ceroboh itu ada kalanya merusak suasana dan menimbulkan
kehebohan. Memang banyak pesan moral dalam film ini. Film-film kartun animasi
karya Blue Sky Studio memang bagus-bagus, seperti Rio, Peanuts, Ice Age.
Ferdinand termasuk film
kartun animasi, aku perlu introduce dulu
tokoh-tokohnya. Siapa sangka, John Cena yang pernah menjadi pegulat di acara World Wrestling Entertainment (WWE) Smack Down ini menjadi dubber Ferdinand dewasa sebagai tokoh utama.
Ferdinand memiliki
teman-teman bernama, Valiente, Bones, Guapa, Angus, dan Maquina.
Valiente,
banteng antagonis alias jahat. Dia angkuh, besar kepala, ambisius dan benci
pada Ferdinand. Bones, banteng
kurus, seperti namanya bone = tulang,
meski bertubuh tidak proporsional tapi dia percaya diri dan banyak omong.
Guapa, banteng yang sok kuat tapi sebenarnya paranoid dengan matador, dia bisa
tiba-tiba mual karena kedatangan matador. Angus, banteng skotlandia, yang
memiliki rambut poni cukup panjang, sering bertingkah menggelikan karena tidak
bisa melihat dengan jelas karena matanya tertutup poni. Maquina, banteng yang
gerak-geriknya kaku, tidak berbicara, mirip robot.
Di peternakan
banteng, Ferdinand juga memiliki
teman-teman baru, Una, Dos, dan Cuatro. Hewan sejenis landak. Ketiga landak itu
jenaka dan kompak. Pertemanan dan kerjasama yang terjadi antar Ferdinand dan teman-temannya itu bisa
memicu gelak tawa.
Banteng identik
dengan hewan buas dan menjadi icon di
ajang matador yang keras. Namun Ferdinand
bisa memecahkan teori itu. Dia tidak bisa memaksa dirinya untuk bertarung
dengan kekerasan. Hal itu bertolak belakang dengan hati nuraninya. Ferdinand tidak ingin menyakiti dan
melukai orang lain/sesuatu, bahkan dia mau merawat setangkai bunga yang tumbuh
di perternakan. Dia pernah bertanya pada Sang Ayah, “Bisakah kita menjadi juara
tanpa harus bertarung?” kutipan yang berkesan buatku.
Setelah ayah Ferdinand tiada, pasca diikutkan ajang
adu banteng & matador, banteng penyuka bunga-bungaan itu diliputi rasa kesedihan,
kehilangan dan keputusasaan. Usia Ferdinand masih kecil dan labil, memutuskan
untuk melarikan diri dari peternakan dan tanpa arah.
Beruntung, dia
ditemukan oleh gadis kecil, Nina, yang baik hati dan penyayang hewan. Ayah Nina
juga mendukung Nina untuk merawat Ferdinand.
Seiring
berjalannya waktu, Ferdinand tumbuh
menjadi banteng raksasa. Meski berbadan sangar, tapi berjiwa lemah lembut.
Suatu ketika,
ada sebuah festival bunga yang diadakan di tengah kota. Nina meninggalkan Ferdinand di tempat tinggal mereka. Ferdinand tidak mau berdiam diri
semudah itu. Akhirnya dia nekad mendatangi lokasi acara itu.
Tak ayal lagi, Ferdinand menimbulkan kekacauan di
tengah kota. Peristiwa keributan ini dituangkan dengan adegan yang
sangat-sangat lucu!
Petugas keamanan
kota memanggil orang peternakan banteng untuk menggiring Ferdinand ke peternakan kembali. Nina sangat sedih karena harus
kehilangan hewan peliharaan kesayangannya.
Di peternakan, Ferdinand kembali bertemu dengan
teman-temannya. Mereka terkejut karena Ferdinand
tumbuh menjadi banteng besar dan gagah. Valiente merasa sangat tersaingi.
Padahal Ferdinand sama sekali tidak memiliki misi untuk menjadi bintang dalam
ajang adu banteng & matador.
Di peternakan,
ada seorang mentor banteng, Lupe, kambing betina yang bawel, aneh, jenaka dan haus
kasih sayang. Dia peduli pada Ferdinand.
Meski pembawaan Lupe aneh, dia telaten membimbing banteng itu agar bisa menjadi
banteng pilihan dan kelak bisa menjadi juara.
Ferdinand tetap tidak mau
menjadi banteng petarung. Dia ingin kembali ke desa, tempat tinggal Nina yang
damai, tentram dan terdapat taman bunga-bunga. Dia pun terpaksa mengikuti
latihan-latihan yang sebenarnya tidak disukainya.
Apalagi
peternakan Ferdinand ini kebetulan
menjadi tempat pengamatan seorang matador yang hendak memilih seekor banteng
yang akan diikutkan bertanding melawannya. Hanya seekor banteng yang dinilai
berkualitas yang dipilih seorang matador.
Saat latihan,
Guapo mengalami tabrakan dengan banteng lain dan terjatuh. Guapo dianggap
sebagai banteng payah dan tidak layak bertarung. Kemudian banteng itu dikirim
ke pabrik jagal alias tempat pemotongan daging.
Ferdinand memutar otak,
dia ingin melarikan diri untuk kedua kalinya dari peternakan. Dia dan Lupe
menjalin kerjasama dengan landak-landak kecil, Una, Dos, dan Cuatro, untuk bisa
lari. Ferdinand ingin kembali ke
desa, dimana Nina – Sang Majikan – tinggal.
Ferdinand mengajak
teman-teman bantengnya untuk ikut pergi. Pada awalnya, Valiente tidak berkenan,
namun akhirnya dia ikut. Mereka juga singgah ke pabrik jagal dimana Guapo
‘disekap’ dipersiapkan sebelum menjadi potongan daging. Ferdinand ingin menyelamatkan Guapo dan mengajaknya pergi
bersama-sama.
Pemilik
peternakan dan karyawannya tidak diam diri. Mereka berusaha mengejar
banteng-banteng itu ke manapun. Terutama Ferdinand yang sudah dipilih oleh
matador bertanding.
Saat teman-teman
Ferdinand berhasil memperoleh
tumpangan untuk bebas dari kejaran karyawan peternakan, Ferdinand mengobankan diri tertangkap. Mau tak mau, dia harus ikut
bertanding. Akan tetapi, dia bertanding dengan cara dia sendiri. Dia benci
kekerasan.
Dalam
pertandingan tersebut, Ferdinand ingin membuktikan bahwa menjadi juara tidak
harus bertarung.
Film keren! Ferdinand boleh ditonton untuk segala
usia, namun jika usia anak masih dini (8 tahun ke bawah) perlu bimbingan orang
tua.
Dunia ini adalah
tempat kita bersekolah. Ujian-ujian hidup adalah penentuan kita ‘naik kelas’.
Ada kalanya hidup terasa menyesakkan dada, karena kegagalan, karena kebodohan,
karena kecorobohan, karena kehilangan, karena dikecewakan, karena dibohongi,
karena dikucilkan, karena diremehkan dan sebagainya. Bukankah batu intan harus
melewati proses pembuatan tekanan yang hebat dulu sebelum menjadi perhiasan
yang mewah dan sangat berharga?
Data Film:
Sutradara : Carlos
Sandaha
Produser : John Davis
Lisa Marie Stetler
Lori Forte
Bruce Anderson
Cinematografi : Renato Falcao
Editor : Harry
Hitner
Durasi : 108
menit
Asal film : Amerika
Serikat
(sumber: wikipedia)
(sumber gambar:
https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-ferdinand/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar