Minggu, 21 Oktober 2018

[FILM] Ferdinand:“Bisakah kita menjadi juara tanpa harus bertarung?”


 (sumber gambar: https://www.cinenews.be/en/movies/ferdinand-the-bull/)

                                              
Orang baik akan dipertemukan dengan orang baik....
Orang baik akan membuat orang tidak baik menjadi baik...
Orang baik akan mendapat balasan baik juga....
Ini ‘hukum alam’...
Ferdinand adalah sebuah film keren yang berhasil menginterpretasikan itu. Aku kasih score 9.5/10 untuk film ini. Bagus banget! Lucu, menghibur, seru dan menyentuh.
Film produksi Blue Sky Studio dan 20th Century Fox yang rilis di tahun 2017 ini juga menggambarkan tentang don’t judge something/somebody from the cover only. Kita tidak boleh memandang dan menilai seorang dengan sebelah mata. Kita harus saling menghargai satu sama lain.
Selain itu, karakter Ferdinand yang menonjol sebagai seekor banteng baik ini menyadarkan kita harus kuat menghadapi pahit dan kerasnya hidup, karena Tuhan akan selalu bersama orang-orang yang sabar. Banteng bertubuh besar dan perkasa ini selalu baik pada semua orang. Walau dia disakiti, dihina, ditindas, tapi dia tidak bisa benci dan dendam pada orang lain. Dia juga suka menolong. Namun Ferdinand Si Banteng lugu dan ceroboh itu ada kalanya merusak suasana dan menimbulkan kehebohan. Memang banyak pesan moral dalam film ini. Film-film kartun animasi karya Blue Sky Studio memang bagus-bagus, seperti Rio, Peanuts, Ice Age.
Ferdinand termasuk film kartun animasi, aku perlu introduce dulu tokoh-tokohnya. Siapa sangka, John Cena yang pernah menjadi pegulat di acara World Wrestling Entertainment (WWE) Smack Down ini menjadi dubber Ferdinand dewasa sebagai tokoh utama.
Ferdinand memiliki teman-teman bernama, Valiente, Bones, Guapa, Angus, dan Maquina.
Valiente, banteng antagonis alias jahat. Dia angkuh, besar kepala, ambisius dan benci pada Ferdinand. Bones, banteng kurus, seperti namanya bone = tulang, meski bertubuh tidak proporsional tapi dia percaya diri dan banyak omong. Guapa, banteng yang sok kuat tapi sebenarnya paranoid dengan matador, dia bisa tiba-tiba mual karena kedatangan matador. Angus, banteng skotlandia, yang memiliki rambut poni cukup panjang, sering bertingkah menggelikan karena tidak bisa melihat dengan jelas karena matanya tertutup poni. Maquina, banteng yang gerak-geriknya kaku, tidak berbicara, mirip robot.
Di peternakan banteng, Ferdinand juga memiliki teman-teman baru, Una, Dos, dan Cuatro. Hewan sejenis landak. Ketiga landak itu jenaka dan kompak. Pertemanan dan kerjasama yang terjadi antar Ferdinand dan teman-temannya itu bisa memicu gelak tawa.
Banteng identik dengan hewan buas dan menjadi icon di ajang matador yang keras. Namun Ferdinand bisa memecahkan teori itu. Dia tidak bisa memaksa dirinya untuk bertarung dengan kekerasan. Hal itu bertolak belakang dengan hati nuraninya. Ferdinand tidak ingin menyakiti dan melukai orang lain/sesuatu, bahkan dia mau merawat setangkai bunga yang tumbuh di perternakan. Dia pernah bertanya pada Sang Ayah, “Bisakah kita menjadi juara tanpa harus bertarung?” kutipan yang berkesan buatku.
Setelah ayah Ferdinand tiada, pasca diikutkan ajang adu banteng & matador, banteng penyuka bunga-bungaan itu diliputi rasa kesedihan, kehilangan dan keputusasaan. Usia Ferdinand masih kecil dan labil, memutuskan untuk melarikan diri dari peternakan dan tanpa arah.
Beruntung, dia ditemukan oleh gadis kecil, Nina, yang baik hati dan penyayang hewan. Ayah Nina juga mendukung Nina untuk merawat Ferdinand.
Seiring berjalannya waktu, Ferdinand tumbuh menjadi banteng raksasa. Meski berbadan sangar, tapi berjiwa lemah lembut.
Suatu ketika, ada sebuah festival bunga yang diadakan di tengah kota. Nina meninggalkan Ferdinand di tempat tinggal mereka. Ferdinand tidak mau berdiam diri semudah itu. Akhirnya dia nekad mendatangi lokasi acara itu.
Tak ayal lagi, Ferdinand menimbulkan kekacauan di tengah kota. Peristiwa keributan ini dituangkan dengan adegan yang sangat-sangat lucu!
Petugas keamanan kota memanggil orang peternakan banteng untuk menggiring Ferdinand ke peternakan kembali. Nina sangat sedih karena harus kehilangan hewan peliharaan kesayangannya.
Di peternakan, Ferdinand kembali bertemu dengan teman-temannya. Mereka terkejut karena Ferdinand tumbuh menjadi banteng besar dan gagah. Valiente merasa sangat tersaingi. Padahal Ferdinand sama sekali tidak memiliki misi untuk menjadi bintang dalam ajang adu banteng & matador.
Di peternakan, ada seorang mentor banteng, Lupe, kambing betina yang bawel, aneh, jenaka dan haus kasih sayang. Dia peduli pada Ferdinand. Meski pembawaan Lupe aneh, dia telaten membimbing banteng itu agar bisa menjadi banteng pilihan dan kelak bisa menjadi juara.
Ferdinand tetap tidak mau menjadi banteng petarung. Dia ingin kembali ke desa, tempat tinggal Nina yang damai, tentram dan terdapat taman bunga-bunga. Dia pun terpaksa mengikuti latihan-latihan yang sebenarnya tidak disukainya.
Apalagi peternakan Ferdinand ini kebetulan menjadi tempat pengamatan seorang matador yang hendak memilih seekor banteng yang akan diikutkan bertanding melawannya. Hanya seekor banteng yang dinilai berkualitas yang dipilih seorang matador.
Saat latihan, Guapo mengalami tabrakan dengan banteng lain dan terjatuh. Guapo dianggap sebagai banteng payah dan tidak layak bertarung. Kemudian banteng itu dikirim ke pabrik jagal alias tempat pemotongan daging.
Ferdinand memutar otak, dia ingin melarikan diri untuk kedua kalinya dari peternakan. Dia dan Lupe menjalin kerjasama dengan landak-landak kecil, Una, Dos, dan Cuatro, untuk bisa lari. Ferdinand ingin kembali ke desa, dimana Nina – Sang Majikan – tinggal.
Ferdinand mengajak teman-teman bantengnya untuk ikut pergi. Pada awalnya, Valiente tidak berkenan, namun akhirnya dia ikut. Mereka juga singgah ke pabrik jagal dimana Guapo ‘disekap’ dipersiapkan sebelum menjadi potongan daging. Ferdinand ingin menyelamatkan Guapo dan mengajaknya pergi bersama-sama.
Pemilik peternakan dan karyawannya tidak diam diri. Mereka berusaha mengejar banteng-banteng itu ke manapun. Terutama Ferdinand yang sudah dipilih oleh matador bertanding.
Saat teman-teman Ferdinand berhasil memperoleh tumpangan untuk bebas dari kejaran karyawan peternakan, Ferdinand mengobankan diri tertangkap. Mau tak mau, dia harus ikut bertanding. Akan tetapi, dia bertanding dengan cara dia sendiri. Dia benci kekerasan.
Dalam pertandingan tersebut, Ferdinand ingin membuktikan bahwa menjadi juara tidak harus bertarung.
Film keren! Ferdinand boleh ditonton untuk segala usia, namun jika usia anak masih dini (8 tahun ke bawah) perlu bimbingan orang tua.
Dunia ini adalah tempat kita bersekolah. Ujian-ujian hidup adalah penentuan kita ‘naik kelas’. Ada kalanya hidup terasa menyesakkan dada, karena kegagalan, karena kebodohan, karena kecorobohan, karena kehilangan, karena dikecewakan, karena dibohongi, karena dikucilkan, karena diremehkan dan sebagainya. Bukankah batu intan harus melewati proses pembuatan tekanan yang hebat dulu sebelum menjadi perhiasan yang mewah dan sangat berharga?

Data Film:
Sutradara          : Carlos Sandaha
Produser           : John Davis
                           Lisa Marie Stetler
                           Lori Forte
                           Bruce Anderson
Cinematografi  : Renato Falcao
Editor               : Harry Hitner
Durasi              : 108 menit
Asal film          : Amerika Serikat
(sumber: wikipedia)


 (sumber gambar: https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-ferdinand/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar